Mobil listrik dengan baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) memang tengah naik daun. Keunggulannya seperti jarak tempuh yang lebih jauh, harga yang lebih murah, dan risiko kebakaran yang lebih rendah, membuatnya menjadi pilihan yang menarik. Namun, sebuah studi terbaru mengungkap kelemahan tersembunyi dari baterai LFP yang mungkin membuat Anda berpikir ulang.
Penelitian yang diterbitkan di Journal of Electrochemical Society mengungkapkan bahwa baterai LFP mengalami penurunan kinerja lebih cepat jika selalu diisi hingga 100%. Dr. Jeff Dahn, peneliti baterai terkemuka yang memimpin Jeff Dahn Research Group, merupakan salah satu penulis studi ini. Laboratoriumnya memiliki peran penting dalam pengembangan baterai NMC untuk Tesla.
Studi ini menunjukkan bahwa pengisian penuh baterai LFP dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel baterai dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh pembentukan senyawa berbahaya akibat tegangan tinggi dan panas yang dihasilkan saat pengisian penuh. Senyawa-senyawa ini menumpuk di elektroda negatif, mengonsumsi lithium, dan menyebabkan degradasi baterai.
"Meskipun pengisian penuh baterai LFP dapat memberikan manfaat seperti jarak tempuh lebih jauh, degradasi baterai lebih cepat apabila diisi penuh," jelas Dr. Dahn. "Pemakaian normal dan perawatan yang tepat, baterai LFP masih dapat memberikan kinerja yang baik dalam jangka panjang."
Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa membiarkan baterai LFP dalam keadaan daya rendah dapat membantu memperpanjang masa pakainya. Namun, hasil studi ini bersifat terbatas dan tetap disarankan untuk mengikuti rekomendasi produsen mobil.
Kesimpulannya, meskipun baterai LFP memiliki banyak keunggulan, penting untuk memahami kelemahannya. Pengisian penuh baterai LFP secara rutin dapat mempercepat degradasi baterai. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan hal ini saat memilih mobil listrik dengan baterai LFP dan mengikuti rekomendasi produsen untuk penggunaan dan perawatan yang optimal.
