Eksplorasi alam menawarkan pengalaman tak terlupakan, namun menyimpan risiko yang perlu diantisipasi. Bahaya dalam pendakian, menurut dr. Reyner Valiant Tumbelaka, SpOT, terbagi dua: subjektif dan objektif.
Bahaya subjektif, seperti pemilihan pakaian yang tidak tepat, kurangnya keterampilan dalam menggunakan peralatan, dan perencanaan yang buruk, dapat dicegah dengan persiapan yang matang. Sebaliknya, bahaya objektif seperti cuaca ekstrem, badai, atau longsor, berada di luar kendali pendaki.
Dua kondisi medis yang sering terjadi dan berpotensi fatal jika tidak ditangani dengan tepat adalah hipotermia dan acute mountain sickness (AMS). Pengetahuan dan penanganan yang tepat sangat krusial dalam menghadapi kedua kondisi ini.
Hipotermia: Ancaman Suhu Tubuh yang Turun
Hipotermia terjadi ketika suhu inti tubuh turun di bawah 35 derajat Celcius karena hilangnya panas lebih cepat daripada kemampuan tubuh memproduksinya. Kondisi ini mengganggu fungsi organ vital, terutama jantung dan sistem saraf.
Proses pemanasan ulang pada hipotermia perlu dilakukan dengan hati-hati. Pelebaran pembuluh darah di tangan dan kaki menyebabkan darah dingin mengalir ke inti tubuh, sehingga memperburuk penurunan suhu. Pemanasan harus difokuskan pada area inti tubuh, seperti ketiak atau leher, menggunakan heat pack. Hindari menggosok tangan atau kaki karena dapat memperparah kondisi.
Hipotermia mengubah keseimbangan pH darah menjadi lebih asam, yang dapat menyebabkan gangguan irama jantung bahkan kematian. Oleh karena itu, penanganan yang tepat dan cepat sangat penting. Gejalanya bervariasi, mulai dari menggigil dan kelelahan ringan hingga tekanan darah rendah, hilangnya refleks menggigil, dan henti jantung pada tahap berat.
Acute Mountain Sickness (AMS): Tantangan Ketinggian
Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian merupakan ancaman serius, terutama di atas 3.000 mdpl. Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan oksigen di ketinggian dan dapat terjadi pada siapa pun, termasuk pendaki profesional.
Gejala AMS meliputi sakit kepala, mual, sesak napas, dan disorientasi. Jika gejala ini muncul, tindakan utama adalah segera turun ke ketinggian yang lebih rendah. Aklimatisasi, yaitu menyesuaikan tubuh secara bertahap dengan perubahan ketinggian, sangat penting untuk mencegah AMS.
Penggunaan obat-obatan tertentu dapat membantu meringankan gejala ringan AMS. Namun, penting untuk mengenali batas kemampuan tubuh dan tidak memaksakan diri saat mendaki. Evakuasi segera diperlukan jika gejala memburuk.
PLAN: Persiapan Mendaki yang Terencana
Suksesnya pendakian bergantung pada perencanaan yang matang. Singkatan PLAN berikut ini dapat menjadi panduan:
Protection (Perlindungan)
Pilih pakaian dan peralatan yang sesuai dengan tujuan dan kondisi pendakian. Pertimbangkan faktor cuaca, medan, dan durasi pendakian.
Location (Lokasi)
Kenali lokasi pendakian secara detail, termasuk medan, kondisi cuaca yang diperkirakan, serta aksesibilitas fasilitas kesehatan terdekat. Informasi ini krusial untuk antisipasi risiko.
Acquisition of Resources (Pengadaan Sumber Daya)
Pastikan keterampilan penggunaan alat dan kesiapan logistik terpenuhi. Periksa semua peralatan sebelum berangkat dan pastikan persediaan makanan dan minuman cukup.
Navigation (Navigasi)
Pelajari rute pendakian dengan baik. Bawa peta, kompas, dan GPS untuk memastikan Anda tetap berada di jalur yang benar dan dapat kembali dengan selamat.
Perlengkapan Esensial Pendakian
Pencegahan Hipotermia
Penggunaan pakaian yang tepat sangat penting untuk mencegah hipotermia. Kenakan pakaian berlapis, longgar, dan berbahan ringan. Lapisan luar sebaiknya antiair, sedangkan lapisan dalam dapat berupa bahan wol atau sutra untuk menahan panas tubuh.
Jaga tubuh tetap kering. Segera ganti pakaian yang basah karena kombinasi pakaian basah dan cuaca dingin akan menyebabkan tubuh kehilangan panas dengan cepat. Posisikan tubuh memeluk lutut ke dada untuk menjaga suhu tubuh bagian atas.
Selain itu, kenakan topi, syal, dan sarung tangan untuk melindungi bagian tubuh yang paling rentan terhadap kehilangan panas. Persiapan yang matang dan pengetahuan tentang kondisi tubuh sendiri merupakan kunci utama dalam mencegah hipotermia dan AMS.
Kesimpulannya, kesiapan fisik, peralatan yang memadai, dan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan kunci keselamatan dalam pendakian. Prioritaskan keselamatan di atas segalanya saat mengeksplorasi alam bebas.