Atasi Tenesmus: Rahasia Mengatasi Keinginan Buang Air Besar Palsu

Redaksi

Atasi Tenesmus: Rahasia Mengatasi Keinginan Buang Air Besar Palsu
Sumber: Detik.com

Pernahkah Anda merasakan dorongan kuat untuk buang air besar, namun tak ada feses yang keluar? Sensasi tak nyaman ini dikenal sebagai tenesmus, sebuah kondisi yang meskipun umumnya tidak berbahaya, dapat sangat mengganggu, terutama jika berulang. Mari kita bahas lebih dalam tentang tenesmus, penyebabnya, serta cara mengatasinya.

Tenesmus bukanlah kondisi yang mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang signifikan. Memahami tenesmus sangat penting agar kita bisa mengidentifikasi dan mengatasinya dengan tepat.

Apa itu Tenesmus?

Tenesmus adalah sensasi mendesak dan terus-menerus untuk buang air besar (BAB), meskipun usus besar sebenarnya kosong. Kondisi ini dapat terjadi kapan saja, bahkan setelah Anda baru saja BAB.

Penderita tenesmus sering merasakan sensasi BAB yang tidak tuntas, seolah-olah masih ada sisa feses di dalam rektum. Perasaan ini bisa sangat mengganggu dan membuat penderitanya merasa tidak nyaman.

Selain dorongan BAB yang palsu, tenesmus juga dapat disertai gejala lain, seperti nyeri anus, nyeri perut, kram, dan mengejan berlebih. Gejala ini dapat bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya.

Ada dua jenis tenesmus, yaitu tenesmus rektal dan tenesmus vesikal. Tenesmus rektal merujuk pada sensasi ingin BAB yang terus-menerus, sementara tenesmus vesikal berkaitan dengan sensasi ingin buang air kecil (BAK) secara terus-menerus.

Meski demikian, istilah tenesmus lebih sering dikaitkan dengan masalah pada usus besar (rektum) daripada kandung kemih. Baik tenesmus rektal maupun vesikal berasal dari iritasi atau gangguan pada organ terkait.

Penyebab Tenesmus

Berbagai faktor dapat memicu tenesmus. Memahami penyebabnya sangat penting untuk menentukan penanganan yang tepat.

Peradangan pada Usus

Peradangan pada usus besar, khususnya di rektum dan anus, merupakan penyebab umum tenesmus. Peradangan ini menyebabkan pembengkakan dan sensitivitas pada dinding usus.

Kondisi seperti kolitis ulseratif, penyakit Crohn, infeksi menular seksual, endometriosis, dan kanker anus atau rektum dapat menyebabkan peradangan tersebut. Infeksi bakteri, virus, atau parasit juga bisa menjadi pemicunya.

Abses di sekitar anus dan wasir juga dapat menyebabkan sensasi ingin BAB yang terus-menerus meskipun usus sudah kosong. Peradangan ini memicu sinyal palsu ke otak.

Sembelit

Sembelit atau konstipasi dapat menyebabkan penumpukan feses keras di usus besar. Feses yang keras dan mengeras ini dapat mengiritasi dinding usus.

Iritasi ini memicu sinyal ke otak untuk BAB, meskipun usus belum sepenuhnya kosong. Kurangnya serat, air, dan aktivitas fisik sering menjadi penyebab sembelit.

Obat-obatan tertentu, seperti opioid, antidepresan, dan obat tekanan darah, juga dapat memperlambat pergerakan usus dan menyebabkan sembelit. Kondisi seperti sindrom iritasi usus (IBS) juga berkontribusi.

Masalah pada Kandung Kemih

Gangguan pada saraf yang mengontrol kandung kemih dapat menyebabkan kontraksi otot yang tidak normal. Hal ini memicu sensasi ingin BAK terus-menerus.

Pembesaran prostat atau batu kandung kemih dapat menghambat aliran urine, sehingga menyebabkan sensasi BAK yang tidak tuntas. Ini adalah ciri khas tenesmus vesikal.

Kanker

Pertumbuhan tumor pada organ pencernaan atau saluran kemih dapat menyebabkan tenesmus. Tumor dapat menekan, mengiritasi, atau mengganggu fungsi organ.

Pada tenesmus rektal, kanker usus besar, rektum, atau anus dapat menyebabkan penyumbatan atau iritasi saraf. Pada tenesmus vesikal, kanker kandung kemih atau prostat dapat menjadi penyebabnya.

Cara Mengatasi dan Mencegah Tenesmus

Penanganan tenesmus bergantung pada penyebabnya. Konsultasi dokter sangat penting untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Pengobatan infeksi (saluran kemih atau usus) biasanya melibatkan antibiotik atau antivirus. Peradangan akibat penyakit seperti IBS, kolitis ulseratif, atau penyakit Crohn dapat ditangani dengan obat antiinflamasi, kortikosteroid, atau imunomodulator.

Sembelit dan wasir dapat diatasi dengan meningkatkan asupan serat dan air, serta meningkatkan aktivitas fisik. Tumor atau kanker mungkin memerlukan operasi, kemoterapi, atau radioterapi.

Obat pereda nyeri, antispasmodik, dan probiotik dapat membantu mengurangi gejala. Penting untuk mengikuti saran dokter terkait pengobatan.

Untuk mencegah tenesmus, jaga kesehatan sistem pencernaan dan saluran kemih Anda. Konsumsi makanan tinggi serat, minum cukup air, dan rajin berolahraga.

Jagalah kebersihan area genital dan anus. Hindari makanan pemicu peradangan, seperti makanan pedas atau berlemak. Jangan menahan BAB atau BAK terlalu lama.

Kelola stres dengan baik, dan lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama jika Anda memiliki riwayat penyakit pencernaan atau gangguan saluran kemih. Deteksi dini sangat penting.

Tenesmus, meskipun umumnya tidak serius, tetap memerlukan perhatian medis. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala ini, terutama jika disertai gejala lain yang mengkhawatirkan. Diagnosis dan penanganan yang tepat akan memastikan pemulihan yang cepat dan mencegah komplikasi.

Also Read

Tags

Topreneur