Belakangan ini, sebuah kisah di TikTok menarik perhatian banyak orang. Seorang pria menceritakan pengalamannya menderita penyakit kulit moluskum kontagiosum, yang diduga disebabkan oleh kebiasaan membeli baju bekas (thrifting) tanpa mencuci terlebih dahulu. Kisah ini menjadi pengingat penting tentang risiko kesehatan yang mungkin terabaikan saat berbelanja pakaian bekas.
Pria tersebut, pemilik akun @onenevertwhoo, menjelaskan bahwa dokter mendiagnosisnya dengan moluskum kontagiosum, dan salah satu faktor penyebab utamanya adalah penggunaan baju thrifting tanpa pencucian. Hal ini menyoroti pentingnya kebersihan dalam memilih pakaian bekas.
Memahami Moluskum Kontagiosum
Moluskum kontagiosum merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh virus dari kelompok poxvirus. Penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan-benjolan kecil berwarna putih atau merah muda, biasanya dengan lekukan di tengahnya.
Penularan moluskum kontagiosum dapat terjadi melalui kontak langsung dengan kulit penderita atau melalui benda-benda yang terkontaminasi, seperti handuk, pakaian, atau alat cukur. Virus ini dapat bertahan hidup pada permukaan benda-benda tersebut, meningkatkan risiko penularan.
Bahaya Thrifting Tanpa Mencuci: Lebih dari Sekadar Moluskum
Spesialis kulit, dr. Ruri Diah Pamela, SpDVE, FINSDV, menjelaskan bahwa memang ada kemungkinan virus moluskum kontagiosum menular melalui pakaian bekas yang belum dicuci. Risiko ini semakin tinggi jika pakaian tersebut sebelumnya dipakai oleh penderita moluskum kontagiosum.
Meskipun kasus penularan moluskum kontagiosum melalui pakaian bekas tergolong jarang, potensi penularan tetap ada dan tidak dapat diabaikan. Kebersihan dan sterilisasi pakaian bekas sangat penting untuk mencegah infeksi.
Selain moluskum, membeli pakaian bekas tanpa mencucinya juga menyimpan risiko kesehatan kulit lainnya.
Risiko Kesehatan Kulit dari Pakaian Bekas
- Infeksi bakteri dan virus: Selain moluskum kontagiosum, pakaian bekas dapat menjadi media penularan bakteri dan virus penyebab penyakit kulit lainnya, seperti impetigo dan scabies.
- Reaksi alergi: Residu deterjen, parfum, atau bahan kimia lain yang terdapat pada pakaian bekas dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit, terutama bagi mereka yang memiliki kulit sensitif.
- Iritasi kulit: Bahan pakaian yang kasar atau iritatif dapat menyebabkan iritasi pada kulit, terutama jika pakaian tersebut tidak dicuci terlebih dahulu.
Tips Aman Berbelanja Pakaian Bekas
Tidak ada salahnya membeli baju thrifting, asalkan kebersihannya diutamakan. Mencuci pakaian bekas sebelum digunakan merupakan langkah penting untuk mencegah berbagai risiko kesehatan kulit.
Selain pencucian, perhatikan juga kondisi pakaian secara keseluruhan. Hindari pakaian yang tampak kotor, berbau tidak sedap, atau menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
Dengan memperhatikan kebersihan dan kehati-hatian, belanja pakaian bekas tetap dapat dilakukan dengan aman dan nyaman.
Kesimpulannya, kisah viral tentang moluskum kontagiosum yang diduga disebabkan oleh pakaian thrifting yang belum dicuci mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan kulit. Meskipun risiko penularan penyakit melalui pakaian bekas tergolong rendah, tidak ada salahnya untuk selalu waspada dan memprioritaskan kebersihan untuk meminimalisir potensi risiko tersebut. Memilih dan mencuci pakaian thrifting dengan benar akan melindungi Anda dari berbagai potensi masalah kulit di masa mendatang.