Kasus dugaan oplosan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax dan Pertalite tengah ramai diperbincangkan di media sosial. PT Pertamina dengan tegas membantah tuduhan tersebut, menyatakan bahwa seluruh produk BBM yang beredar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menjelaskan bahwa narasi mengenai oplosan BBM bertentangan dengan informasi yang diperoleh dari Kejaksaan Agung. Tuduhan ini muncul seiring dengan kasus dugaan korupsi yang melibatkan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, terkait impor BBM RON 90 dan pencampurannya menjadi RON 92.
Fadjar memastikan kualitas BBM Pertamina. Ia menekankan bahwa setiap produk yang sampai ke tangan konsumen telah melalui pemeriksaan dan memenuhi standar yang berlaku. “Kami pastikan bahwa produk yang sampai ke masyarakat itu sesuai dengan speknya masing-masing,” tegas Fadjar Djoko Santoso.
Sementara itu, Kejaksaan Agung tengah melakukan penyelidikan terkait kasus dugaan korupsi oplosan RON 90 menjadi RON 92, yang diduga telah merugikan negara hingga Rp193,7 triliun. Kasus ini memicu berbagai pertanyaan, termasuk dampak penggunaan BBM oplosan bagi kendaraan.
Efek Samping Pencampuran Pertalite dan Pertamax
Mencampur BBM dengan oktan berbeda, misalnya Pertalite dan Pertamax, meskipun mungkin dilakukan, tidak disarankan. Hal ini dikarenakan setiap jenis BBM memiliki karakteristik dan formulasi yang berbeda, sehingga pencampurannya tidak akan memberikan manfaat maksimal.
Indra Pratama dari PT Pertamina menjelaskan bahwa penggunaan BBM harus disesuaikan dengan spesifikasi mesin kendaraan untuk mendapatkan performa terbaik. Menggunakan BBM yang tidak sesuai spesifikasi, misalnya Pertamax Turbo pada motor biasa, dapat mengurangi efisiensi dan performa kendaraan. Sebaiknya, habiskan dulu sisa BBM dalam tangki sebelum mengisi dengan jenis BBM yang berbeda.
Efek Pencampuran Pertalite dan Pertamax pada Motor
Mencampur Premium (RON 88) dengan Pertamax (RON 92) atau Pertalite dapat menurunkan kualitas bahan bakar, bukan meningkatkannya. Campuran 50:50 Premium dan Pertamax misalnya, akan menghasilkan RON 90, setara dengan Pertalite. Hal ini disampaikan oleh Prof. Tri Yuswidjajanto Zaenuri dari ITB yang menyarankan agar kebiasaan mencampur bensin dihindari karena berpotensi merusak mesin.
Pencampuran BBM dapat mengurangi kadar detergen dan aditif yang seharusnya meningkatkan kualitas bahan bakar. Akibatnya, penumpukan kotoran dapat terjadi, menyebabkan kerak pada piston dan silinder, bahkan kerusakan mesin yang lebih parah seperti mogok atau kerusakan yang mengharuskan turun mesin.
Efek Pencampuran Pertalite dan Pertamax pada Mobil
Berikut beberapa dampak negatif pencampuran BBM yang berbeda pada mobil, berdasarkan informasi dari laman Suzuki:
1. Penurunan Kualitas Bahan Bakar
Pencampuran BBM dengan nilai oktan berbeda menyebabkan pembakaran tidak optimal, sehingga menurunkan kualitas bahan bakar secara keseluruhan.
2. Tarikan Mesin Berat
Ketidakstabilan pembakaran akibat pencampuran BBM yang tidak tepat membuat tarikan mesin menjadi berat karena senyawa kedua jenis BBM tidak bercampur sempurna.
3. Risiko Knocking (Ngelitik) Meningkat
Pembakaran tidak sempurna akibat pencampuran BBM yang berbeda dapat memicu knocking atau ngelitik, yang berisiko merusak komponen mesin dalam jangka panjang.
4. Penurunan Efisiensi Bahan Bakar
Pencampuran BBM mengganggu efisiensi konsumsi bahan bakar, meningkatkan konsumsi BBM dan mengurangi performa mesin.
5. Peningkatan Emisi Gas Buang
Mesin bekerja lebih keras akibat pencampuran BBM, sehingga meningkatkan emisi gas buang yang buruk bagi lingkungan.
6. Penurunan Performa Mesin
Penumpukan kerak dalam mesin akibat pencampuran BBM dapat menghambat aliran bahan bakar dan udara, menurunkan performa mesin dan mempercepat kerusakannya.
Untuk menjaga kondisi optimal kendaraan, gunakan jenis BBM sesuai rekomendasi pabrik dan hindari pencampuran BBM yang berbeda.
Cara Mengganti Pertalite ke Pertamax (atau sebaliknya)
Mengganti jenis BBM secara tiba-tiba dapat merusak performa mesin karena mesin harus menyesuaikan kompresi. Perubahan cepat dalam kompresi dapat menyebabkan performa melemah, mesin mudah rusak, dan sulit dihidupkan. Informasi ini dikutip dari laman bp.com.
Mencampur satu atau dua jenis BBM dalam satu tangki tidak masalah jika dilakukan sekali, karena bahan bakar memiliki unsur penyusun yang serupa. Akan tetapi, untuk keamanan, pastikan tangki benar-benar kosong sebelum beralih ke jenis BBM lain. Konsistensi penggunaan jenis BBM yang sama sangat disarankan untuk menghindari masalah.
Kesimpulannya, meskipun Pertamina membantah adanya oplosan BBM, penting untuk memahami dampak negatif pencampuran BBM yang berbeda pada kendaraan. Penggunaan BBM yang tepat sesuai rekomendasi pabrikan akan menjaga performa dan usia pakai mesin kendaraan.