Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, secara tegas menyatakan tidak akan melanjutkan program Food Estate. Program yang dicanangkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo ini bertujuan untuk mencegah krisis pangan di Indonesia. Namun, menurut tim pemenangan Ganjar-Mahfud, program tersebut dinilai gagal total.
Meskipun tim pemenangan Ganjar-Mahfud berkomitmen untuk melanjutkan pembangunan Indonesia yang telah dirintis Jokowi, mereka melihat program Food Estate tidak efektif dan perlu dihentikan. Sekretaris Eksekutif Tim Pemenangan Ganjar-Mahfud, Heru Darwanto, menyatakan, “Kami memang punya komitmen untuk mengatasi krisis pangan, namun kami tidak bakal melanjutkan program food estate yang sedang dibangun (pemerintahan).”
Salah satu alasan utama penghentian program Food Estate adalah metode penanamannya yang dianggap tidak solutif. Penebangan hutan untuk menyediakan lahan pertanian yang luas dinilai kurang kajian mendalam. Contoh kasus penanaman singkong di Gunung Mas dianggap sebagai bukti kegagalan pendekatan ini. Program tersebut dinilai tidak mempertimbangkan aspek lingkungan dan keberlanjutan.
Sebagai gantinya, Ganjar-Mahfud menawarkan pendekatan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan dalam mengatasi krisis pangan. Mereka berencana mengintegrasikan lahan milik petani untuk mencapai skala ekonomi yang sesuai dengan kapasitas lahan masing-masing. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian.
Heru Darwanto menjelaskan lebih lanjut, “Dengan demikian, mekanisme pertanian dan intensifikasi pertanian justru lebih bagus untuk dilakukan. Akhirnya petani bisa naik kelas.” Pendekatan ini fokus pada peningkatan produktivitas pertanian melalui intensifikasi dan peningkatan efisiensi, bukan perluasan lahan secara besar-besaran.
Selain itu, Ganjar-Mahfud juga berencana merevitalisasi produksi pupuk dan memberikan pendampingan kepada petani untuk memasuki pasar digital. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor pangan dan meningkatkan daya saing produk pertanian dalam negeri. Strategi ini diyakini lebih efektif dan berkelanjutan dibanding program Food Estate.
Pemberdayaan petani muda juga menjadi fokus utama. Ganjar Pranowo, dalam pertemuannya dengan para petani, telah menekankan pengembangan model pertanian berkelanjutan dengan integrasi teknologi. Hal ini menunjukkan komitmen Ganjar-Mahfud untuk menciptakan sistem pertanian yang modern dan efisien.
Secara keseluruhan, rencana Ganjar-Mahfud untuk mengatasi krisis pangan lebih menekankan pada intensifikasi pertanian, peningkatan efisiensi, dan pemberdayaan petani. Mereka menghindari pendekatan yang dianggap tidak berkelanjutan seperti program Food Estate, dan mengutamakan solusi yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan.
Dengan strategi yang lebih terfokus dan berkelanjutan, Ganjar-Mahfud berharap dapat mencapai ketahanan pangan nasional tanpa merusak lingkungan dan merugikan petani. Program ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar global.