Hoaks Penangkapan Mahasiswa Pembakar Foto Prabowo-Gibran: Fakta atau Rekayasa?

Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menggelar demonstrasi besar-besaran bertajuk “Indonesia Gelap” pada pertengahan Februari 2025. Aksi ini menyoroti sejumlah kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat.

Demonstrasi tersebut berlangsung di beberapa kota besar di Indonesia. Para mahasiswa menyampaikan 13 tuntutan, termasuk penolakan terhadap pemangkasan anggaran pendidikan, pencabutan proyek strategis nasional yang bermasalah, dan penghapusan multifungsi ABRI. Aksi ini menarik perhatian publik dan media.

Hoaks Pasca Demonstrasi “Indonesia Gelap”

Usai aksi demonstrasi “Indonesia Gelap”, beredar informasi keliru di media sosial yang bertujuan mendiskreditkan para mahasiswa. Narasi-narasi yang disebarkan cenderung provokatif dan menyesatkan.

Salah satu hoaks yang paling viral adalah klaim penangkapan belasan mahasiswa karena membakar foto Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Unggahan di media sosial menampilkan video sejumlah tahanan mengenakan seragam oranye di kantor polisi.

Namun, fakta sesungguhnya sangat berbeda. Video tersebut telah dimanipulasi dan di luar konteks. Video asli memperlihatkan penangkapan 13 mahasiswa yang terlibat dalam tawuran antar fakultas.

Klarifikasi Kejadian Tawuran

Tawuran mahasiswa tersebut terjadi pada 5 Desember 2024, jauh sebelum demonstrasi “Indonesia Gelap”. Peristiwa ini melibatkan mahasiswa dari Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian Unika Santo Thomas di Medan, Sumatera Utara.

Kejadian tawuran ini merupakan peristiwa yang terpisah dan tidak ada kaitannya dengan demonstrasi “Indonesia Gelap”. Penyebaran informasi yang salah ini berpotensi menimbulkan keresahan dan perpecahan di masyarakat.

Pentingnya Verifikasi Informasi

Kasus ini menyoroti pentingnya verifikasi informasi sebelum menyebarkannya lebih luas. Masyarakat perlu lebih kritis dan bijak dalam menerima informasi dari media sosial.

Cek fakta dan sumber informasi terpercaya sebelum membagikan informasi, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan isu sensitif seperti demonstrasi atau politik. Jangan sampai kita menjadi bagian dari penyebaran hoaks.

Beredarnya hoaks pasca demonstrasi “Indonesia Gelap” menunjukkan betapa mudahnya informasi salah menyebar luas di era digital. Oleh karena itu, literasi digital sangat penting untuk menghindari dan mencegah penyebaran informasi yang tidak benar. Penting untuk selalu mengecek kebenaran suatu informasi dari berbagai sumber tepercaya sebelum membagikannya.

Pemerintah dan pihak terkait juga perlu meningkatkan upaya edukasi dan literasi digital kepada masyarakat agar lebih mampu mengenali dan menghindari hoaks. Kerjasama antara pemerintah, media, dan masyarakat sangat penting dalam menanggulangi penyebaran informasi palsu.

Kesimpulannya, narasi tentang penangkapan belasan mahasiswa karena membakar foto Presiden dan Wakil Presiden adalah hoaks. Informasi yang beredar di media sosial harus dikonfirmasi terlebih dahulu kebenarannya sebelum disebarluaskan. Kejadian tawuran mahasiswa di Medan merupakan peristiwa terpisah dan tidak terkait dengan demonstrasi “Indonesia Gelap”.

Exit mobile version