Kseniia Petrova, seorang ilmuwan asal Rusia, tengah menghadapi ancaman deportasi dari Amerika Serikat. Ia tertahan di fasilitas imigrasi Louisiana, padahal karyanya di bidang teknologi deteksi kanker sangat krusial bagi penelitian di Harvard.
Penahanan Petrova menimbulkan kekhawatiran besar bagi tim peneliti di Harvard. Keberadaannya sangat penting bagi kelanjutan riset mereka.
Ilmuwan Kanker Terancam Deportasi
Petrova, yang berusia 30 tahun, mengembangkan skrip komputer yang vital untuk menganalisis gambar dari sebuah mikroskop pendeteksi kanker unik. Tanpa kontribusinya, penelitian tersebut terhambat.
Dr. William Trim, rekan kerja Petrova, menyatakan keprihatinannya. Ia menekankan peran tak tergantikan Petrova dalam proyek tersebut.
Kehilangan Petrova berarti kehilangan potensi penuh dari teknologi deteksi kanker yang sedang dikembangkan.
Kronologi Penahanan dan Tuduhan
Petualangan Petrova berawal pada 16 Februari lalu. Saat itu, ia tiba di Bandara Logan Boston setelah perjalanan dari Prancis.
Petugas bea cukai menahannya karena Petrova gagal melaporkan sampel embrio katak yang dibawanya untuk keperluan riset di Harvard.
Gregory Romanovsky, pengacara Petrova, menjelaskan bahwa pelanggaran tersebut biasanya hanya dikenai denda dan penyitaan barang. Namun, otoritas AS justru membatalkan visa pelajar J-1 Petrova dan menahannya di pusat penahanan ratusan kilometer jauhnya.
Perlawanan dan Dukungan dari Senator
Petrova saat ini ditahan di Pusat Pemasyarakatan Richwood, Louisiana. Ia melawan ancaman deportasi ke Rusia, tempat ia takut akan dianiaya karena protesnya terhadap perang di Ukraina.
Sejumlah 17 senator AS, dipimpin oleh Adam Schiff, telah mengirimkan surat kepada Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem. Mereka mendesak pembebasan Petrova.
Senator-senator tersebut prihatin akan keselamatan Petrova jika dideportasi ke Rusia. Mereka meminta pemerintah memastikan proses hukum yang adil dan mencegah deportasi.
Kasus Petrova menjadi sorotan, mengingat kebijakan imigrasi pemerintahan Trump yang seringkali menyasar mahasiswa internasional.
Sejak akhir Maret, setidaknya 1.024 mahasiswa di 160 institusi telah dicabut visanya atau dihentikan status hukumnya.
Dr. Leon Peshkin, kepala ilmuwan peneliti di Departemen Biologi Sistem Harvard, khawatir kebijakan tersebut akan membuat ilmuwan internasional enggan datang ke Amerika Serikat.
Dampak yang Lebih Luas
Kasus Petrova bukan hanya masalah individu, melainkan juga berdampak pada dunia riset. Kehilangan kontribusi ilmuwan berbakat dapat menghambat kemajuan ilmiah.
Situasi ini juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh ilmuwan internasional dalam bekerja dan berkontribusi di negara lain. Kebijakan imigrasi yang ketat dapat membatasi kolaborasi dan pertukaran pengetahuan global.
Ke depan, diperlukan kebijakan imigrasi yang lebih bijak dan memperhatikan kontribusi ilmuwan internasional terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kasus Petrova menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak.
Nasib Petrova masih belum jelas, namun kasusnya telah menyulut perdebatan tentang keseimbangan antara keamanan nasional dan kepentingan ilmiah global. Semoga kasus ini dapat diselesaikan dengan adil dan memperhatikan aspek kemanusiaan.