Kanselir Jerman Kecam: Serangan Rusia di Sumy, Kejahatan Perang!

Calon kanselir Jerman, Friedrich Merz, menyebut serangan rudal Rusia di Sumy, Ukraina sebagai kejahatan perang. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 34 orang, termasuk anak-anak.

Merz, pemimpin CDU, mengatakan serangan itu merupakan “kejahatan perang yang disengaja dan diperhitungkan” dalam wawancara dengan ARD. Ia menyoroti serangan terjadi dalam dua gelombang, yang kedua saat petugas penyelamat membantu korban.

Merz mengkritik sikap Jerman yang terlalu naif dalam menyerukan perundingan damai dengan Putin. Ia berpendapat keinginan berdialog justru dianggap sebagai kelemahan.

Serangan Rudal Sumy dan Sikap Keras Merz terhadap Rusia

Serangan rudal di Sumy terjadi pada Minggu (13/4), menghantam pusat kota saat warga merayakan Minggu Palma. Dua rudal balistik Rusia menewaskan puluhan warga sipil.

Merz menegaskan kembali dukungannya untuk memasok rudal Taurus ke Ukraina. Namun, pengiriman tersebut harus dikoordinasikan dengan sekutu Eropa.

Kanselir Jerman Olaf Scholz, berbeda dengan Merz, menolak pengiriman rudal Taurus. Ia khawatir hal itu akan memperburuk konflik.

Meskipun demikian, Scholz mengecam serangan di Sumy dan menyebutnya “biadab.” Pernyataan ini menunjukkan kecaman internasional yang meluas atas serangan tersebut.

Kontroversi Kesepakatan Koalisi dan Kritik Mantan Dubes Ukraina

Pembentukan pemerintahan baru Jerman memicu kontroversi. CDU dan CSU mencapai kesepakatan koalisi dengan SPD setelah kemenangan CDU dalam pemilihan cepat Februari lalu.

Andrij Melnyk, mantan Dubes Ukraina untuk Jerman, mengkritik kesepakatan koalisi tersebut. Ia meragukan komitmen pemerintahan baru dalam mendukung Ukraina.

Melnyk menilai kesepakatan tersebut kurang tegas dalam jaminan militer. Menurutnya, isi kesepakatan hanya berisi rumusan umum yang bahkan tidak sesuai dengan kebijakan Scholz.

Kesepakatan koalisi menyebutkan Jerman akan memperkuat dukungan militer, sipil, dan politik ke Ukraina. Jerman juga akan berpartisipasi dalam rekonstruksi Ukraina.

Melnyk, yang kini dinominasikan sebagai Duta Besar Ukraina untuk PBB, akan berinteraksi dengan pemerintah Jerman di masa depan. Kritiknya mencerminkan kekhawatiran akan komitmen Jerman dalam mendukung Ukraina.

Reaksi Internasional atas Serangan di Sumy

Serangan di Sumy memicu kecaman internasional. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan “sangat khawatir dan terkejut”.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan serangan itu menunjukkan pola serangan terhadap kota-kota di Ukraina. Ia menekankan serangan terhadap warga sipil dan fasilitas sipil dilarang oleh hukum humaniter internasional.

Para pemimpin Eropa juga mengecam keras serangan tersebut. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyebutnya sebagai pengingat pertumpahan darah yang dilakukan Putin.

Donald Tusk dari Polandia menyebutnya “gencatan senjata versi Rusia” pada “Minggu Palma Berdarah”. Sementara itu, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengecamnya sebagai serangan “mengerikan dan pengecut”.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan serangan itu sebagai bukti Rusia mengulur waktu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata. Ia menekankan hanya tekanan dan tindakan tegas yang dapat mengubah situasi.

Serangan di Sumy dan reaksi internasional yang kuat menunjukkan meningkatnya ketegangan dalam konflik Ukraina-Rusia. Peristiwa ini juga menyoroti perbedaan pandangan dalam pendekatan Jerman terhadap konflik tersebut.

Exit mobile version