Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid menanggapi pernyataan politikus PKS Mardani Ali Sera terkait kunjungan sejumlah menteri ke Presiden Jokowi. Mardani menyamakan situasi tersebut dengan “matahari kembar”.
Silaturahmi Lebaran: Politik atau Tradisi?
Jazilul meminta agar kegiatan halalbihalal tidak dipolitisasi. Publik, menurutnya, mampu menilai mana yang tulus dan mana yang bernuansa politik.
Ia menekankan pentingnya melihat sisi positif dari silaturahmi Lebaran. Menilai setiap pertemuan dengan kecurigaan justru dapat merusak iklim kebersamaan.
Jazilul menambahkan bahwa tidak ada kemungkinan “matahari kembar” dalam konstitusi Indonesia. Presiden dan Wakil Presiden, yakni Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, merupakan satu kesatuan kepemimpinan.
Klarifikasi Kunjungan Menteri ke Jokowi
Sejumlah menteri, termasuk Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, memang mengunjungi Presiden Jokowi di Solo. Mereka menegaskan kunjungan tersebut semata-mata untuk silaturahmi Lebaran.
Trenggono menyebut Jokowi sebagai “bosnya”, baik saat menjabat di era Jokowi maupun saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo. Hal senada disampaikan Menkes Budi, yang juga menyebut kunjungannya sebagai bentuk silaturahmi.
Sebelum Trenggono dan Budi, Menteri Koordinator Pangan Zulkifli Hasan dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga telah mengunjungi Jokowi. Kunjungan-kunjungan ini terjadi beberapa hari menjelang dan sesudah Lebaran.
Menimbang Pernyataan “Matahari Kembar”
Mardani Ali Sera dari PKS menyampaikan kekhawatirannya tentang potensi “matahari kembar”. Ia menekankan pentingnya silaturahmi, tetapi mengingatkan agar hal itu tidak mengaburkan garis kepemimpinan.
Pernyataan Mardani ini memicu perdebatan publik. Sebagian menilai pertemuan tersebut wajar sebagai silaturahmi Lebaran, sementara yang lain melihatnya sebagai potensi konflik kepentingan.
Pernyataan Jazilul menunjukkan perbedaan pandangan dalam menanggapi hal tersebut. Ia mengajak publik untuk lebih berfokus pada nilai positif silaturahmi, daripada menafsirkannya dengan kecurigaan politik.
Secara keseluruhan, peristiwa ini menggarisbawahi dinamika politik pasca-pemilu dan pentingnya menjaga kondusifitas. Semoga silaturahmi Lebaran tetap dimaknai sebagai momen untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.