Polusi Udara Mematikan: Kota Tercemar Dunia & Nasib Warganya

Udara kotor bukan hanya masalah kota-kota besar. Byrnihat, sebuah kota industri di India, kini menjadi sorotan dunia karena dinobatkan sebagai daerah metropolitan paling tercemar di dunia oleh IQAir. Dampaknya? Warga, terutama anak-anak, menderita penyakit pernapasan parah.

Kisah Sumaiya Ansari, balita dua tahun yang kesulitan bernapas hingga harus dirawat di rumah sakit, menjadi gambaran nyata penderitaan penduduk Byrnihat akibat polusi udara yang ekstrem.

Polusi Udara Ekstrem di Byrnihat: Ancaman Nyata bagi Kesehatan

Laporan IQAir menunjukkan konsentrasi PM2.5 tahunan di Byrnihat mencapai 128,2 mikrogram per meter kubik. Angka ini jauh melampaui batas aman WHO yang hanya 5 mikrogram per meter kubik.

PM2.5, partikel berbahaya yang dapat menembus paru-paru, menyebabkan berbagai penyakit serius. Asma, bronkitis kronis, penyakit jantung, bahkan kematian akibat gangguan pernapasan, menjadi ancaman nyata bagi warga.

Data pemerintah pun menguatkan fakta ini. Kasus infeksi saluran pernapasan di Byrnihat meningkat drastis, dari 2.082 pada 2022 menjadi 3.681 pada 2024.

Dokter di Pusat Kesehatan Primer Byrnihat, Dr. J Marak, mengungkapkan hampir semua pasien yang mereka tangani mengeluhkan masalah pernapasan.

Lebih dari Sekadar Sesak Napas: Dampak Luas Polusi Byrnihat

Polusi di Byrnihat bukan hanya mengakibatkan masalah pernapasan. Warga juga mengalami ruam kulit dan iritasi mata.

Tanaman pertanian pun tak luput dari dampak buruknya. Aktivitas sehari-hari seperti menjemur pakaian di luar rumah menjadi terbatas.

“Semuanya tertutup debu dan jelaga,” ungkap Dildar Hussain, seorang petani setempat, menggambarkan kondisi lingkungan yang memprihatinkan.

Upaya Penanganan dan Tantangan di Perbatasan Dua Negara Bagian

Byrnihat, yang dihuni sekitar 80 industri, sebagian besar berkontribusi besar terhadap polusi udara. Kondisi geografis kota yang menyerupai mangkuk memperparah masalah.

Lokasi Byrnihat di perbatasan Meghalaya dan Assam menambah kompleksitas penanganan polusi. Kedua negara bagian sempat saling menyalahkan, menghambat upaya kolaboratif.

Namun, setelah laporan IQAir dirilis, Assam dan Meghalaya akhirnya sepakat membentuk komite gabungan untuk mengatasi masalah ini.

Tantangan besar tetap ada. Selain emisi industri, emisi kendaraan berat juga berkontribusi signifikan pada polusi udara Byrnihat.

Arup Kumar Misra, ketua badan pengendalian polusi Assam, menjelaskan kesulitan dalam mengurangi polusi karena lokasi geografis Byrnihat yang terkurung.

Kisah Byrnihat menyoroti betapa polusi udara telah menjadi masalah global yang tak kenal batas. Perlu kerjasama dan komitmen kuat dari berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan ini dan melindungi kesehatan masyarakat.

Semoga kerjasama antar negara bagian dapat membuahkan hasil nyata, mengurangi polusi dan memberikan udara bersih bagi warga Byrnihat.

Topreneur
Exit mobile version