Kecerdasan buatan (AI) diprediksi akan merevolusi dunia kerja, mengancam sejumlah besar pekerjaan kantoran. Antisipasi terhadap dampak ini mendorong kebangkitan kembali profesi-profesi yang sulit digantikan AI, terutama di sektor manufaktur dan keterampilan tangan.
Di Amerika Serikat, fenomena ini terlihat jelas. Sekolah menengah kembali menekankan pendidikan vokasi, mempersiapkan generasi muda menghadapi masa depan yang didominasi otomatisasi.
Kebangkitan Kelas Bengkel di Amerika Serikat
Sistem sekolah di seluruh AS kini tengah merombak kurikulumnya. Kelas-kelas bengkel yang mengajarkan keterampilan tradisional seperti pertukangan kayu dan pengelasan dipadukan dengan teknologi terkini.
Contohnya, Sekolah Menengah Atas Middleton di Wisconsin menggelontorkan dana USD 90 juta untuk memodernisasi fasilitas laboratorium manufakturnya. Hal ini menunjukkan komitmen besar terhadap pendidikan vokasi.
Minat siswa terhadap kelas-kelas bengkel pun meningkat tajam. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah siswa yang mengambil kelas-kelas tersebut.
Gaji Menarik Pekerja Terampil Tarik Minat
Quincy Millerjohn, seorang guru bahasa Inggris yang beralih menjadi instruktur pengelasan, mengungkapkan potensi pendapatan tinggi pekerja terampil di bidang ini. Ia menunjukkan kepada siswanya gaji pekerja besi dan pembuat ketel uap yang mencapai USD 41 hingga USD 52 per jam.
Angka tersebut cukup signifikan dan mampu menarik minat banyak siswa. Prospek karir yang cerah dan penghasilan yang menjanjikan menjadi daya tarik tersendiri.
Di Middleton, sekitar seperempat dari 2.300 siswa mengambil setidaknya satu kelas di bidang konstruksi, manufaktur, atau pertukangan kayu. Ini merupakan angka yang cukup tinggi mengingat banyak sekolah menghapus kelas-kelas bengkel pada tahun 1990-an dan 2000-an.
Pergeseran Pandangan Terhadap Pekerjaan Manual
Kebangkitan kelas bengkel ini juga didorong oleh beberapa faktor lain. Biaya kuliah yang semakin tinggi dan kekhawatiran akan penggantian pekerjaan kantor oleh AI menjadi beberapa penyebabnya.
Jake Mihm, konsultan pendidikan di Wisconsin, menjelaskan adanya pergeseran paradigma. Pekerjaan manual kini dipandang sebagai pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan bergaji tinggi. Hal ini membuat pekerjaan tersebut menarik minat banyak orang.
Pekerjaan manual kini membutuhkan keahlian teknis dan pemikiran kreatif. Bukan sekadar tenaga kasar, tetapi juga kemampuan memecahkan masalah dan berinovasi.
Kesimpulannya, ancaman AI terhadap pekerjaan kantoran telah memicu kebangkitan kembali pendidikan vokasi di AS. Pendidikan yang menekankan keterampilan tangan dan teknologi terkini terbukti mampu menyediakan peluang karir yang menjanjikan dan tahan terhadap otomatisasi. Hal ini menunjukkan pentingnya adaptasi dan diversifikasi dalam dunia pendidikan untuk menghadapi perubahan lanskap pekerjaan di era AI.