Studi terbaru yang dipimpin NASA memberikan petunjuk menarik tentang asal-usul molekul air di Bulan. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah mendeteksi keberadaan air dan hidroksil (OH), komponen pembentuk air, di permukaan Bulan. Namun, sumbernya masih menjadi misteri.
Beberapa teori sebelumnya mengaitkan keberadaan air ini dengan aktivitas vulkanik, pelepasan gas dari lapisan dalam Bulan, dan hantaman meteorit. Namun, penelitian NASA ini menawarkan penjelasan yang berbeda: angin matahari.
Angin Matahari: Sumber Air di Bulan?
Angin matahari, aliran partikel bermuatan dari Matahari, bergerak dengan kecepatan lebih dari 1,6 kilometer per detik. Aliran ini membombardir seluruh Tata Surya, termasuk Bulan.
Berbeda dengan Bumi yang memiliki magnetosfer kuat sebagai pelindung, Bulan memiliki medan magnet yang lemah dan tidak merata. Akibatnya, permukaan Bulan terekspos langsung terhadap angin matahari.
Proses Pembentukan Air di Permukaan Bulan
Air terdiri dari atom hidrogen dan oksigen. Permukaan Bulan kaya akan oksigen, tetapi kekurangan hidrogen.
Angin matahari, yang sebagian besar terdiri dari proton (atom hidrogen yang kehilangan elektron), menabrak permukaan Bulan. Proton-proton ini berinteraksi dengan regolith (campuran batuan dan debu) Bulan, mengambil atau meminjam elektron untuk membentuk atom hidrogen.
Atom hidrogen yang terbentuk kemudian berikatan dengan oksigen yang telah ada di regolith, membentuk molekul air (H₂O).
Uniknya, jumlah air yang terdeteksi di Bulan mengalami siklus harian. Wilayah yang terkena sinar matahari melepaskan air sebagai uap, sedangkan daerah yang lebih dingin menyimpannya.
Pola ini mendukung teori angin matahari sebagai sumber air. Jika sumbernya dari hantaman mikrometeorit, kita akan mengharapkan jumlah air terus berkurang di daerah yang hangat. Namun, jumlahnya kembali normal setiap hari, menunjukkan adanya proses regenerasi.
Eksperimen NASA dan Bukti Pendukung
Untuk menguji teori ini, para peneliti mensimulasikan dampak angin matahari menggunakan sampel regolith Bulan yang dikumpulkan oleh misi Apollo 17 pada tahun 1972.
Mereka menggunakan akselerator partikel kecil dalam ruang hampa untuk menembakkan ‘angin matahari tiruan’ ke sampel selama beberapa hari. Eksperimen ini mensimulasikan dampak angin matahari selama 80.000 tahun.
Hasilnya menunjukkan bukti pembentukan air yang sebelumnya tidak ada pada sampel. Temuan ini mendukung hipotesis bahwa angin matahari berperan penting dalam menciptakan air di Bulan.
“Yang menarik adalah, hanya dengan tanah Bulan dan bahan dasar dari Matahari, yang selalu mengeluarkan hidrogen, ada kemungkinan terciptanya air,” jelas Li Hsia Yeo, ilmuwan planet di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA.
Pemahaman tentang pembentukan air di Bulan sangat penting bagi misi luar angkasa masa depan. Es air di kutub selatan Bulan berpotensi menjadi sumber daya yang berharga bagi para astronaut.
Lebih jauh lagi, studi ini memberikan wawasan tentang interaksi angin matahari dengan benda langit lain yang minim atmosfer atau medan magnet. Mempelajari proses ini akan membantu kita memahami proses kimia di luar angkasa yang menghasilkan atau menghilangkan air, unsur penting bagi kehidupan.
Kesimpulannya, penelitian ini memperkuat bukti bahwa angin matahari merupakan kontributor utama pembentukan air di Bulan, membuka peluang baru dalam eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya di satelit alami kita ini.