Waspada! 7 Tanda Kerusakan Hati, Periksa Segera ke Dokter

Seorang wanita berusia 21 tahun di Tangerang Selatan, bernama Villda, berbagi kisahnya tentang perjuangan melawan gangguan liver yang dideritanya sejak tahun 2022. Awalnya, ia mengalami gejala yang disangka hanya masuk angin biasa.

Namun, kondisinya memburuk dengan cepat. Mual, lemas, hilang nafsu makan, dan muntah terus-menerus menjadi pertanda sesuatu yang lebih serius.

Gejala Awal dan Diagnosis

Villda menyadari ada yang tidak beres ketika kulit dan matanya menguning. Diagnosis awal sempat mengarah pada hepatitis, namun tes hasilnya negatif.

Kondisi Villda semakin memburuk dengan munculnya ruam gatal di seluruh tubuh, urine berwarna kuning pekat, dan kelemahan yang semakin parah. Ini menunjukkan keparahan gangguan liver yang dialaminya.

Mengenal Peran dan Kerentanan Hati (Liver)

Hati atau liver merupakan organ vital dengan beragam fungsi penting, termasuk menyaring racun dari darah. Sayangnya, organ ini rentan terhadap racun yang diprosesnya.

Terlalu banyak racun dapat membebani liver dan mengganggu fungsinya. Kondisi ini bisa bersifat sementara atau berlangsung dalam jangka panjang, bergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya.

Penyakit hati kronis seringkali disebabkan oleh infeksi virus, keracunan, atau kondisi metabolik tertentu. Meskipun liver memiliki kemampuan regeneratif yang tinggi, beban kerja yang terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan permanen.

Penyakit hati kronis berkembang melalui empat tahapan: hepatitis, fibrosis, sirosis, dan gagal hati. Masing-masing tahapan menunjukkan tingkat kerusakan liver yang semakin parah.

Gejala Penyakit Liver: Dari Tahap Awal hingga Lanjut

Pada tahap awal, penyakit liver kronis seringkali tidak menunjukkan gejala. Namun, penyakit ini bisa dimulai dengan hepatitis akut.

Jika infeksi berhasil diatasi oleh sistem imun, penyakit tidak akan menjadi kronis. Gejala awal yang mungkin muncul meliputi nyeri perut bagian atas, mual, atau kehilangan nafsu makan, serta kelelahan.

Pada stadium lanjut, fungsi hati mulai menurun. Salah satu efek sampingnya adalah terhambatnya aliran empedu ke usus halus. Empedu yang bocor ke aliran darah menyebabkan gejala seperti penyakit kuning (kulit dan mata menguning), urine gelap, feses terang, dan gangguan pencernaan.

Gejala lain yang mungkin muncul meliputi penurunan berat badan, kehilangan otot, napas berbau, gangguan otak ringan (ensefalopati hepatik), dan kulit gatal (pruritus).

Penyakit liver juga dapat memengaruhi aliran darah, hormon, dan nutrisi, menyebabkan gejala pada kulit dan kuku seperti kuku rapuh, titik-titik merah pada kulit (petekie), benjolan kuning pada kulit, mudah memar atau berdarah, dan telapak tangan merah.

Penumpukan cairan di dalam tubuh juga sering terjadi, ditandai dengan perut bengkak (asites) dan pembengkakan pada kaki, tangan, dan wajah (edema).

Gejala pada wanita dapat meliputi menstruasi tidak teratur dan infertilitas, sedangkan pada pria bisa terjadi pengecilan testis dan pembesaran jaringan payudara.

Pengalaman Villda menyoroti pentingnya mengenali gejala penyakit liver sejak dini. Konsultasi medis segera sangat penting jika mengalami gejala yang mencurigakan untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Perawatan dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan mencegah kerusakan hati yang permanen.

Topreneur
Exit mobile version