Xiaomi Rugi Rp3 Triliun Meski Mobil Listrik SU7 Laris Manis

Asa Ardiana

Xiaomi Rugi Rp3 Triliun Meski Mobil Listrik SU7 Laris Manis

BEIJING – Xiaomi, raksasa teknologi asal China, tengah merasakan pahitnya manisnya bisnis mobil listrik. Meskipun mobil listrik pertamanya, SU7, laris manis di pasaran, perusahaan justru mencatat kerugian hingga Rp3,88 triliun pada kuartal kedua tahun ini.

Data yang dirilis Carscoops menunjukkan Xiaomi berhasil mengirimkan 27.307 unit SU7 kepada konsumen di China pada periode April hingga Juni 2024. Angka ini menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap produk baru Xiaomi. Perusahaan bahkan optimis dapat mengirimkan 100.000 unit SU7 hingga November mendatang.

Xiaomi Rugi Rp3 Triliun Meski Mobil Listrik SU7 Laris Manis

Namun, di balik kesuksesan penjualan, Xiaomi harus menelan pil pahit. Perusahaan mencatat kerugian sebesar USD252 juta atau setara Rp3,88 triliun. Artinya, setiap mobil SU7 yang terjual, Xiaomi mengalami kerugian sekitar Rp141,7 juta.

"Meskipun divisi mobil Xiaomi belum menghasilkan keuntungan, kerugian yang dialami perusahaan ini sebenarnya tidak terlalu mengherankan," ujar seorang analis pasar otomotif.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan data kerugian yang dialami sejumlah merek otomotif lain yang sudah lama berkecimpung di industri mobil listrik. Rivian, misalnya, mencatatkan kerugian sebesar USD1,46 miliar (Rp22,4 triliun) pada kuartal kedua dengan produksi hanya 9.162 unit kendaraan. Sementara Ford mengalami kerugian lebih besar dengan USD1,1 miliar (Rp16,9 triliun) untuk penjualan 23.957 unit Ford Model e.

Lei Jun, pendiri Xiaomi, menjelaskan bahwa perusahaan belum memiliki ambisi untuk menjual kendaraan listriknya di luar China dalam waktu dekat. Fokus utama Xiaomi saat ini adalah menguasai pasar domestik selama tiga tahun ke depan sebelum melebarkan sayap ke pasar global.

Untuk meningkatkan profitabilitas, Xiaomi berencana meluncurkan model kedua, SUV listrik dengan ukuran sedikit lebih besar dari SU7. Model ini diperkirakan akan diperkenalkan sebelum akhir tahun ini dan mulai dikirimkan kepada konsumen pada awal 2025.

"Kami optimistis model kedua ini akan lebih efisien dan mampu menghasilkan keuntungan," ujar Lei Jun.

Langkah Xiaomi ini menunjukkan bahwa perusahaan masih dalam tahap awal dalam membangun bisnis mobil listrik. Tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mencapai profitabilitas di tengah persaingan yang ketat di pasar mobil listrik global.

Also Read

Tags

Topreneur